Minggu, 04 Mei 2008

Apa kabar sepeda hijau UGM?

“I want to ride my bicycle”,- itulah judul salah satu lagu hits QUEEN, superband dari Inggris

Pernahkah kita membayangkan andaikan kampus UGM tercinta ini terbebas dari kendaraan bermotor yang berseliweran? Para civitas akademika UGM berangkat menuju kampus dan tempat kerjanya dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda. Sungguh pemandangan yang indah selayaknya pemandangan yang terjadi di kampus-kampus Eropa. Di Kampus UGM akan tercipta udara yang segar, bersih, bebas polusi dan tidak lagi terdengar suara bising knalpot karena penduduk UGM telah meninggalkan kendaraan bermotornya. Itulah pengandaian yang diungkapkan oleh Kepala Komunitas Sepeda Hijau (KSH) UGM, Drs. Hendrie Adjie Kuswara, M.Sc.

Jika mengingat masa lalu, di kawasan UGM, selalu dapat kita temui sepeda pancal, seperti sepeda kumbang dan sepeda unta menguasai jalan-jalan UGM. Apalagi, dulu Yogyakarta terkenal dengan sebutan kota sepeda. Namun, seiring dengan pesatnya kemajuan industri otomotif, jumlah pengguna sepeda terus menyusut digantikan pengguna sepeda motor atau mobil. Kondisi ini berdampak pula ke penduduk UGM. UGM tidak lagi ubahnya seperti kampus-kampus di Jakarta yang mayoritas mahasiswanya menggunakan motor atau mobil.

Pada tahun 2005, timbulah gagasan untuk menghidupkan kembali sepeda sebagai transportasi utama di lingkungan UGM. PUSTRAL (Pusat Studi Transportasi dan Logistik), PUSPAR (Pusat Studi Pariwisata) dan PSLH (Pusat Studi Lingkungan Hidup) bekerja sama dalam pengadaan sepeda hijau. Kemudian dibentuklah Komunitas Sepeda Hijau UGM untuk menkoordinasikan pengoperasian sepeda hijau dengan Drs. Hendrie Adjie Kuswara, M.Sc, peneliti PUSPAR, sebagai ketuanya. Terkait dengan dipilihnya warna hijau sebagai warna sepedanya kenapa bukan warna biru yang lekat dengan UGM sebagai kampus biru, Koordinator Sepeda Hijau, Wahyuntoro berkata, ”Hijau itu melambangkan lingkungan yang sejuk, asri dan segar sehingga adanya sepeda berwarna hijau akan menambah kesegaran lingkungan tersebut”.

Dalam perkembangannya, KSH UGM mendapat bantuan jumlah sepeda dari perusahaan-perusahaan. PT Wismilak Inti Makmur menyumbang 100 unit sepeda dan Polygon menyumbangkan beberapa unit sepeda untuk digunakan rektor dan pejabat UGM. ”Total seluruh sepeda hijau ada 261 unit yang tersebar di sekitar 30 lebih Unit Penempatan di area UGM” ungkap Wahyuntoro

Produk yang ditawarkan KSH kepada kalangan penduduk UGM dalam peminjaman sepeda ada dua produk. Pertama, produk sepeda hijau free use pemakaian gratis satu hari dalam kampus. Produk ini ditujukan bagi mahasiswa, dosen dan karyawan yang ingin menuju ke suatu tempat di dalam kampus. Menurut Wahyuntoro, kadang-kadang peminjam sepeda ’ngeyel’ dengan membawa sepeda hijau untuk pulang ke kos/keluar UGM, padahal itu tidak dibolehkan. Oleh karena itu, para petugas SKK diharapkan menegur mereka agar tidak membawa sepeda keluar dari kampus UGM.

Kedua, produk sepeda free use untuk mahasiswa berbasis tinggal di asrama. Bagi mereka yang bertempat tinggal di asrama Dharma Putra, Ratnaningih dan Cemara Lima bisa membawa pulang sepeda. “Agar bisa dibawa pulang, sepeda hijau yang dipinjamkan memiliki ciri-ciri fisik khusus, yaitu berlabel kuning. Sehingga akan diketahui, sepeda bisa dibawa keluar atau tidak. Teman-teman SKK sudah tahu, jika sepeda ini dibawa ke luar tidak apa-apa,” tambah Wahyuntoro, peneliti di PUSTRAL.

Untuk peningkatan pelayanan, KSH sedang berencana untuk membuat produk baru berdasarkan permintaan peminjam sepeda hijau, terutama dari mahasiswa agar sepeda hijau bisa dipinjam lebih dari sehari. “Jadi, modelnya seperti peminjaman buku yang bisa dipinjam tiga hari, seminggu bahkan satu semester”, kata Hendri Adjie Kuswara yang juga sebagai dosen FISIPOL. Namun kendalanya, jumlah sepeda sekarang tidak bisa mencukupi untuk program tersebut.

Dalam peminjaman seringkali terjadi kerusakan, kerusakan itu kemudian akan diperbaiki oleh Pusat Layanan Sepeda Hijau yang sebelumnya dilaporkan oleh Unit Penempatan. Peminjam sepeda hijau tidak dibebani biaya sepeser pun. Namun, jika sepeda hijau yang dipinjam hilang, maka harus diganti sepeda baru seharga sepeda yang dihilangkan.

Terkait respon yang diberikan kalangan civitas akademika UGM, Hendri Adjie Kuswara berkata, ”Dari tahun ke tahun jumlah pemakai sepeda hijau cenderung stagnan. Orang-orangnya pun hanya itu-itu saja. Kebanyakan yang memakai adalah SKK saja” Hal ini menunjukkan bahwa penduduk UGM tidak seluruhnya sadar tentang lingkungan UGM yang asri, bersih dan bebas polusi. Padahal, dengan menggunakan sepeda merupakan pilihan tepat bagi orang yang ingin sehat, mengurangi kepadatan lalu lintas, pencemaran udara dan memelihara lingkungan dari kerusakan.

Untuk FEB sendiri, intensitas peminjaman sepeda hijau sangat memprihatinkan. Seorang petugas SKK di pos SKK FEB berkata, ”Untuk bulan Maret 2008 hanya ada 26 peminjaman oleh mahasiswa dan dosen. Itupun tidak tiap hari ada dan orang-orang yang pinjam yang itu-itu saja. Bulan-bulan sebelumnya malah ada yang di bawah 20 peminjaman”. Sedikit kritik diungkapkan bahwa mayoritas warga FEB kurang peduli pada usaha mencegah Global Warming di kampus tersebut walaupun dimulai dari hal paling sederhana pun.

Program UGM hijau yang digembor-gemborkan universitas selama ini tidaklah tercapai sasaran. Keputusan rektorat menutup jalan di kawasan gedung pusat dari kendaraan bermotor tidak berdampak besar pada peningkatan intensitas penggunaan sepeda hijau karena lebih memilih berjalan kaki yang jaraknya dekat. ”Mungkin sepeda hijau akan sangat diperlukan jika seluruh kawasan UGM ditutup dari akses kendaraan bermotor. Tapi masih lama dan itu tidak mudah” kata Wahyuntoro.

”Sebelum kebijakan itu dilaksanakan, haruslah ada penambahan jumlah sepeda hijau. Idealnya proporsi sepeda hijau dengan warga UGM adalah 1 : 10. Jadi minmal disediakan 6000 unit sepeda hijau” tambahnya. Upaya menambah sepeda terus digencarkan. KSH kini sedang mengajukan ke rektorat agar sepeda hijau ditambah dan upaya ini sudah mendapat lampu hijau. Namun, realisasinya belum tahu kapan pastinya.

KSH UGM pada bulan April ini akan mengadakan acara tahunan Global Road Safety Week (GRSW) di Yogyakarta. Acara ini merupakan kampanye meningkatkan kesadaran dan keselamatan bersepeda di masyarakat seiring banyaknya kendaraan bermotor. Selain itu pembukaannya yaitu 22 April 2008 bertepatan dengan Hari Bumi yang merupakan hari yang sangat erat atas upaya menyelamatkan bumi kita tercinta. Save our earth with riding bicycle, friends.

Tidak ada komentar: