Sabtu, 31 Mei 2008

Bersatunya Persma Sosio-Humaniora UGM

Persma Sosio-Humaniora. Pers mahasiswa apa lagi sich?. Nama ini memang kedengarannya masih asing di telinga mahasiswa umumnya, bahkan untuk mahasiswa di area kampus-kampus ilmu non-eksak. Memang benar juga pertanyaan tersebut diajukan jika didasarkan hasil wawancara tim EQ dengan para mahasiswa di area ini. Menurut Satria (Manajemen 07), persma sosio-humaniora bahkan baru didengarnya ketika EQ bertanya padanya. ”Persma sosio-humaniora apaan sich, trus dari fakultas apa?” kata dia. Untuk menjawab pertanyaan itu sekaligus menginformasi adanya persma sosio-humaniora, EQ berusaha mengangkat topik ini dalam edisi EQ-News kali ini.
Persma Sosio-Humaniora merupakan suatu forum persatuan dari persma-persma yang ada di area Sosio-humaniora. Persma-persma tersebut adalah BPPM Equilibrium (Ekonomika dan Bisnis), BPPM Psikomedia (Psikologi), BPPM Mahkamah (Hukum), dan BPPM Sintesa (ISIPOL). Selain itu, juga beranggotakan BPPM Pijar (Filsafat) dan BPPM Dian Budaya (Ilmu Budaya) walaupun keduanya kurang aktif.
Forum ini mulai digagas pada suatu pertemuan tanggal 22 Februari 2008 di Psikomedia. Dari pertemuan itu berlanjut pada diskusi-diskusi soshum yang bergilir pada masing-masing BPPM tiap dua minggu. Diskusi-diskusi tersebut menjadikan persma saling mengenal dan akrab satu sama lain. Akhirnya, diskusi ini secara mengalir memposisikan keberadaannya sebagai forum Persma Sosiohumaniora.
Sebenarnya embrio forum ini telah ada sejak dulu sebelum forum persma sosiohumaniora berdiri. Pada tahun 2005 sempat ada komunikasi antara Psikomedia, Dian Budaya, Mahkamah dan Sintesa untuk membuat forum seperti ini, tapi hanya pembicaraan saja tanpa ada realisasi. Tahun 2006, Umigita Pemimpin Umum Psikomedia mencoba jadi inisiator, tapi hanya sebatas kegiatan diskusi dan berjalan sebentar saja. Akhirnya seiring dengan bergantinya pemimpin umum BPPM suara-suara menyatukan persma soshum.
Salah satu latar belakang dibentuknya forum ini adalah hampir samanya disiplin ilmu yang dipelajari. ” Antara ilmu ekonomi, hukum, psikologi dan ilmu sosial lainnya tidak berbeda banget, kenapa kita tidak buat forum yang membahas lebih ilmiah suatu topik dilihat dari perspektif ilmu-ilmu yang kita kuasai.” kata Gitra PU BPPM Mahkamah Fakultas Hukum.
Hal lain mengenai latar belakang diungkapkan oleh Nadia PU BPPM Psikomedia Fakultas Psikologi. Dia berujar ”Kita kan sama-sama media persma fakultas. Untuk bisa maju berkembang kita pasti perlu bekerjasama dengan lain. Teman-teman pers di area sosio-humaniora adalah yang terdekat untuk berkomunikasi. Jadi kenapa kita gak bersatu untuk saling support, berbagi pengalaman dan kontrol. Kita kan beda dengan Bulpos atau Balairung. Dana mereka kan melimpah dan juga cakupannya sudah universitas”
Mengenai konsepnya, persatuan persma ini lebih nyaman dengan bentuk forum ketimbang sebagai sebuah organisasi. PU BPPM Sintesa, Aya, berkata, ” Persma Sosio-humaniora akan lebih bagus dan cocok jika hanya sebagai forum saja. Organisasi akan terlalu mengikat karena harus ada struktur organisasinya. Selain dengan kesibukan di masing-masing internal BPPM, juga masalah kesetaraan dari BPPM yang tidak bisa menjadikan forum ini tidak bisa menjadi organisasi.”
”Namun, untuk ke depannya tidak menutup kemungkinan untuk membuat organisasi terstruktur pada persma Sosio-humaniora. Hal itu tergantung dari kesepakatan BPPM di masa mendatang.” ujar semua PU BPPM setuju dengan pernyataan demikian
Ada banyak manfaat yang didapat dengan adanya forum persma ini. Menurut PU EQ Randi Kurniawan mengatakan ada empat manfaat. Pertama, adanya transfer knowledge. Dengan adanya forum ini sesama persma bisa saling bertukar isu dengan membahas suatu topik dalam diskusi berdasarkan disiplin ilmu masing-masing. Kedua, berbagi pengalaman. Pengalaman masing-masing BPPM dalam menjalankan organisasinya tentu berbeda-beda. Dengan adanya forum ini diharapkan masing-masing bisa belajar dan berbagi ilmu. Ketiga, membangun networking. Kita tahu bahwa tiap BPPM punya link tertentu pada suatu perusahaan dan pembicara. Jika suatu BPPM ingin mengadakan acara maka bisa minta bantuan pada BPPM lain untuk berbagi link sponsor dan pembicara. Ketiga, sebagai fungsi kontrol. Tiap BPPM bisa mengontrol apabila terjadi kesalahan jurnalistik. Dan keempat, sebagai media silaturahmi masing-masing anggota BPPM.
Forum ini juga mulai memperkenalkan eksistensinya ke pihak luar. Hal ini terlihat dari diadakannya suatu diskusi publik interaktif ”Membangun Budaya Literer Mahasiswa, Ihktiar Membangun Negeri” pada bulan Mei kemarin. Acara ini mengambil momentum kebangkitan nasional sebagai kebangkitan Persma Sosio-Humaniora. Secara tidak langsung, acara tersebut dapat dijadikan sebagai pengesahan bahwa forum persma sosio-humaniora telah berdiri.
Untuk kedepannya, agar dapat semakin mengembangkan eksistensi forum persma Soshum, tidak hanya ditempuh dengan mengadakan diskusi publik. ”Forum ini suatu saat akan dapat menerbitkan suatu jurnal berisikan topik tentang sosio-humaniora. Juga tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkan majalah sendiri. Namun terlebih dulu kita harus mengkonsolidasikan internal dan mempererat komunikasi antar naggota forum persma soshum.” jelas Aya PU BPPM Sintesa
Tantangan yang dihadapi agar forum ini mampu bertahan lama tidak seperti pendahulunya jelas sangat berat. Untuk mengatasinya seluruh PU persma sosiohumaniora telah bersepakat agar tetap menjaga kata kontinuitas untuk forum ini, mempertahankan komunikasi dari tiap BPPM, dan yang terakhir tetap melakukan regenerasi pada anggota tiap BPPM.
Jika forum ini berhasil mencapai tujuan dalam menyatukan persma, maka tidak akan lagi terjadi konflik di antara semua BPPM di wilayah sosio humaniora. Semua persma juga tidak akan berjuang sendiri dalam menyuarakan kebenaran melawan kebathilan. Akhirnya, kedigdayaan persma sebagai salah satu media perjuangan mahasiswa akan terulang kembali

Tidak ada komentar: